Selasa, 08 Mei 2012

Pelajaran Penting dari “Ketimun Bungkuk”



Ketimun Bungkuk
Sudah nasib ketimun bungkuk dak masok dalam timbangan 2X
Dak jugo dalam itongan, aduh sayang
Apolagi masok dalam idangan 2X
Malang nasib ketimun bungkuk dak renti dicaci orang 2X
Dak sudi ditoleh kawan, aduh sayang
Tinggallah tegolek bawah timbangan 2X
Reff:  Bilo nioan nasib badan macam ketimun lain
Disapo dipilih kawan berego bukan main
Malang nian nasib awak
Kemano badan dibawa, kemano kaki dianjak, aduh sayang
Jangan lah beibo nian wahai ketimun bungkuk
Esok subuh masih ayam bekokok
Segalonya isi alam pasti ado duonyo
Kalau ado malam ado siangnyo..

          (Sebelumnya izinkan saya bercerita *cerita pagi*) Ada salah satu pendapat yang mengatakan bahwa mendengarkan atau menyanyikan lagu-lagu daerah merupakan sikap nasionalisme. Jujur, saya sependapat dengan pernyataan itu. Nah, karena saya ingin menjadi warga negara yang baik, maka saya ingin memupuk sikap nasionalisme saya kepada Indonesia, dan segeralah saya berburu lagu-lagu daerah. Karena saya lahir dan dibesarkan di tanah Jambi, maka lagu daerah tempat saya lahir itulah yang pertama saya cari. Hingga bertemulah saya dengan lagu yang berjudul “Ketimun Bungkuk”. Pernah dengar lagu ini kan?
          Saya pun mulai larut dalam alunan musiknya. “Ketimun bungkuk”, sedikit saya mengerutkan kening. “Apa maknanya ya kira-kira?” Mengapa menggunakan istilah “ketimun bungkuk”. Kemudian saya mulai berfilosofi, berpikir sejenak untuk merenungkan pesan yang terkandung di dalam lirik lagu tersebut. Sesaat kemudian saya mencoba menerjemahkan ke dalam bahasa manusia yang dimengerti oleh manusia lain (adakah bahasa manusia yang tidak dimengerti manusia lain? Silahkan jawab sendiri ya…hehee).

          Kira-kira beginilah pesan dari “ketimun bungkuk” itu. Janganlah bersedih atas masalah yang sedang menimpamu kawan. Yakinlah bahwa Tuhan tidak akan menguji diluar batas kemampuan hamba-Nya. Dalam lirik di atas dikatakan bahwa nasib ketimun bungkuk itu selalu terbuang. Ia hanya tergolek dibawah timbangan dan tidak masuk dalam hitungan, apalagi dihidangkan. Ia selalu dicaci orang dan tidak mempunyai teman. Jika sudah begitu, apa yang harus dilakukan “ketimun bungkuk”?
          “Jangan berputus asa”. Ya, dalam lirik lagu di atas juga disebutkan bahwa masih ada hari esok yang ditandai dengan kokoknya si ayam. Hal itu menandakan bahwa “Apapun yang terjadi (saat kita tersisih, terbuang, merasa bernasib sial, dan sebagainya) janganlah berputus asa karena masih ada hari esok”. Jika ada malam pasti ada siang. Begitulah sekiranya hidup ini. Ada susah, pasti ada senang karena Segelap apapun mendung, hujan pasti ‘kan menghapusnya.
So, tidak hanya belajar menjadi warga negara Indonesia yang baik, kita juga bisa mengambil pelajaran penting dari lagu-lagu daerah. Lalu, apa lagu daerahmu? Salam nasionalisme J