Rabu, 07 Maret 2012

Batik, I Love You...


Sala kutha budaya. Slogan daerah itu sering kali menghiasi rongga pikiranku. Salah satu diantara sekian budaya yang ada, batik adalah budaya milik wong Solo yang mulai kukenali. Akan tetapi, tak hanya warga Solo saja yang berhak mengakui budaya cantik ini. Ya, karena batik adalah milik Indonesia. So, kita adalah pemilik sah kebudayaan ini jika kita memang warga negara Indonesia. “Aku bangga jadi anak Indonesia” mari kita teriakkan sama-sama kalimat ini. Berbanggalah menjadi anak Indonesia dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Ngomongin soal batik, belum lama ini, lebih tepatnya baru saja, Sabtu 25 Juni 2011, saya menyaksikan event Solo yang cukup bergengsi. Solo Batik Carnival. Sebuah ajang yang memanfaatkan batik sebagai menu pokok pada malam ini. Sepanjang jalan Slamet Riyadi hingga balai kota dihiasi makhluk berjalan dengan pakaian batik yang beraneka ragam. Sangatlah cantik tentunya. Semua mata yang melihat dibuat terkagum-kagum dengan pesona batik yang kian membudaya. Cintai produk dalam negeri, mari lestarikan budaya Jawa…. Hmm 

Wong solo, dikenal dengan sifatnya yang lembut dan penurut. Lembut, entah apa yang mendasari orang-orang diluar sana sehingga bisa menyimpulkan bahwa orang solo ataupun orang yang tinggal di Solo identik dengan sifat lembut. Aku sendiri sering dipojokkan jika mudik atau berkomunikasi dengan sahabat-sahabat lamaku. “Kamu kog sekarang jadi lemah lembut sichh, o iya deh, kamu kan sekarang jadi orang Solo yaa? Makanya suara kamu sekarang lembuuuttt” hahahaa gelak tawa pasti akan terdengar setelah mereka mengucapkan kalimat tersebut. Tapi biarlah, toh aku memang lemah lembut bukan?? Hohoooo :D
Berbeda lagi alasan mengapa orang Solo bisa dikenal dengan sifat penurut. Aku sendiri bisa menyimpulkan seperti itu setelah mendengar ucapan petugas keamanan saat hendak melihat event Solo Batik Carnival ini. “Nak wong Solo ki mesti nurut, nak ra nurut berarti uduk wong Solo kwi,” ucap salah satu petugas keamanan saat melihat beberapa orang yang menghiraukan larangan untuk tidak memarkirkan sepeda motornya di pinggir jalan. Pernyataan lain juga pernah saya dengar saat berada di dalam bus Batik Solo Trans. Saat itu saya mendengar bapak kondektur mengungkapkan argumennya bahwa orang Solo itu tidak suka kekerasan dan sejenisnya. Adapun jika selama ini ada kekerasan di Solo, itu pasti kerjaan atau atas ajakan orang non Solo. Waduuuhhh,, benar kagak neh bapak kondektur??? Hmm, namanya juga argumen.
Malam ini adalah kali pertama saya bisa menyaksikan event Solo Batik Carnival yang digelar tiap tahunnya sejak 4 tahun lalu. Pada tahun sebelumnya, event ini selalu digelar pada siang hari. Namun, berbeda dengan tahun ini. Di tahun 2011 ini, Solo Batik Carnival sengaja digelar pada malam hari. Mungkin alasan mengapa digelar dimalam hari adalah karena kasihan kepada peserta. Peserta Solo batik Carnival pasti akan kepanasan jika digelar di siang hari, hehehe. Acara yang dimulai dari pukul 19.00 WIB ini dihadiri oleh Nadine Alexandra Dewi (Puteri Indonesia 2010), Inda Adeliani (Puteri Intelegensia 2010), Alessandra K Usman (Puteri Pariwisata 2010), dan Reisa Kartikasari (Puteri Lingkungan 2010). Suatu hal langka bisa melihat mereka secara kasat mata di depan mata, hahay 
Meski harus berdesak-desakan dengan penonton lain untuk mendapatkan tempat yang nyaman agar bisa melihat secara jelas dan dekat para peserta Solo Batik Carnival, namun saya senang sekali bisa menyaksikan acara ini. Meski kurang puas karena tidak bisa berfhoto bareng peserta yang cantik-cantik itu (heheee ), tapi saya senang bisa menyaksikan pawai yang mengangkat tema legenda budaya seperti Ande-Ande Lumut, Roro Jonggrang, Ratu Pantai Selatan dan Ratu Kencono Wungu itu. Sebersit harapan tiba-tiba muncul dalam benak. “Bisa menyaksikan event serupa di kota lahir, Jambi (semoga….)”
Apakah di daerahmua juga sudah ada event yang mengangkat kebudayaan seperti Solo Batik Carnival??? Mari kita lestarikan budaya Indonesia… :D